Selasa, 31 Maret 2020

Belajar Bahasa Bhutan? Why Not?


Kuzuzangpo la!


Di tengah suasana wabah COVID-19 alias Corona yang bikin aku merana, terbersit sebuah ide unik. Aku tertarik belajar bahasa asing. Bukan sembarang bahasa, yang mau kupelajari ini sama sekali nggak lazim buat orang Indonesia. Apa itu? Bahasa Bhutan! Hah?!

Jadi ceritanya, aku lagi frustasi lantaran hobiku berkirim kartu pos lewat Postcrossing harus break lantaran kondisi dunia yang morat marit (apa itu Postcrossing, silahkan cari sendiri di Google, udah banyak). Layanan pos di berbagai negara dibatasi. Bahkan ada yang tutup sementara. Aku coba cara lain buat cari teman dari negara lain. Lewat Facebook? Ah nggak asyik.

Dari searching sana sini, ketemulah situs Interpals (nggak ada hubungan dengan Iwan Fals). Biasanya situs sosmed ini dipakai buat cari sahabat pena dari seluruh dunia. Tapi berhubung kondisi saat ini..
 ya begitulah... kita cuma bisa chatting.

Uniknya, di Interpals, kita juga bisa memperdalam bahasa asing, karena di sana ada kategori native speaker. Kita bisa praktek bahasa asing dengan penutur aslinya! Oh ya, selain lewat browser, Interpals juga sudah ada aplikasinya di Google Playstore.

Dasar aja aku ini orangnya nggak umum, teman yang kucari pun dari negara yang anti mainstream. Belajar bahasa Prancis, Spanyol, Jerman, udah biasa. Tapi belajar bahasa Bhutan, Tajikistan, Hongaria, Somalia? Nggak usah dikata lagi, luar biasa buat orang Indonesia!

Aku mencoba add beberapa orang native speaker dari Bhutan. Beberapa orang membalas, bahkan ada yang siap sedia membantu kalau aku ingin tahu banyak tentang negaranya! WOOOOW... antusiasmeku memuncak drastis. Aku semakin tertarik belajar bahasa Bhutan. Terbayang, nanti saat suasana dunia udah normal, aku punya keahlian baru yang nggak semua orang bisa.

Terus, seperti apa bahasa Bhutan itu?



Seperti kita ketahui Bhutan adalah negara kecil yang nyempil di antara pegunungan Himalaya. Tidak banyak yang diketahui tentang negara ini karena letaknya yang terpencil. Selain itu negara yang dijuluki Dragon Land ini sangat menjaga keaslian budayanya. Untuk masuk ke negara ini juga tidak mudah. Harus lewat travel agent yang bekerja sama dengan pemerintah setempat, atau atas undangan resmi dari warga atau lembaga setempat. Jadi kalau Nadine Chandrawinata dan Dimas Andrean bisa menikah di sana itu super duper beruntung. Entah berapa biaya yang mereka keluarkan.. aku nggak mau ngegosip di sini.



Bahasa resmi Bhutan disebut Dzongkha, masih satu rumpun dengan bahasa Tibet dan Nepal. Kosakata dalam bahasa Dzongkha masih terbatas, karena itu dalam percakapan sering dikombinasikan dengan istilah atau bahasa lain. Di Google Translate sendiri tidak ada bahasa Dzongkha, sehingga aku harus rela berpusing ria mencari di Google.

Nah, satu contohnya yang kuucapkan di awal tadi. Kuzuzangpo la adalah salam khas Bhutan. Artinya sama dengan halo. Sebenarnya mengucapkan kuzuzangpo saja sudah cukup jika kita berbicara pada teman dekat atau anak-anak. Tapi kalau dengan orang yang lebih tua dan dihormati, tambahan la sangat penting untuk diucapkan agar lebih sopan.

Sekarang, aku coba bikin kamus kecil bahasa Bhutan. Lebih jelasnya, lihat postingan berikutnya!