Bisa dibilang, Salatiga adalah my second hometown. Hampir 8 tahun aku tinggal di sini buat cari ilmu. Sampai sekarang aku juga masih suka ke sana buat mengenang masa-masa kejayaan. Biar hidup serba sulit, tapi zaman kuliah cukup membentuk mentalku yang labil ini.
Bicara soal kuliner, semasa kuliah, jujur aja aku jaraaang banget makan yang mewah-mewah, termasuk makanan yang masuk trademark Salatiga. Maklum, anak kost, bisa makan 3 kali sehari aja udah mujizat.
Levelku tentu saja warteg, angkringan, warmindo, atau bakso-soto kaki lima. Kebiasaan ini masih sampai sekarang, aku lebih nyaman makan nasi kucing di angkringan daripada nasi goreng Hongkong di cafe. Yang pasti nggak perlu keluarin uang kertas hijau apalagi biru dari dompet (emang dasar pelit).
Nah, di sini aku mau berbagi cerita tentang dua warung makan di Salatiga yang bagiku recommended. Nanti kalau ada waktu, akan aku review tempat lain lagi.
1. Warung Gelegar
Buat mahasiswa UKSW yang kost di kawasan Kemiri pasti nggak asing dengan warung makan satu ini. Ya, warung yang terletak di Jl. Kemiri Raya no. 5 ini termasuk legend. Sebenarnya banyak warung makan di daerah ini, tapi tidak sedikit yang hanya bertahan dalam hitungan tahun. Minggu lalu aku mengunjungi lagi area kampusku, dan kulihat beberapa warung makan yang sempat menemani masa kuliahku sudah tutup, berganti warung atau cafe baru. Cuma Warung Gelegar ini yang bisa bertahan sekitar 4 dekade.
Saat aku pertama kuliah tahun 2007, warung ini masih sederhana tapi sekarang sudah direnovasi dan menyatu dengan usaha laundry. Dulu dikelola oleh sepasang bapak-ibu. Sekarang dilanjutkan oleh anak dan karyawannya, karena si bapak sudah tiada dan si ibu sudah tua.
Begitu masuk, kita tinggal mengatakan pada penjual, apakah mau makan di sini atau dibungkus. Selanjutnya kita akan diambilkan nasi, sayur dan lauk sesuai pilihan kita. Menu yang disajikan cukup beragam. Ada sayur sup, tumis sayuran seperti sawi, buncis, daun pepaya, cap cay, pecel, mie goreng, opor, sambal tumpang, pokoknya banyak deh. Berbagai lauk juga siap dipilih, seperti tahu dan tempe goreng, kering tempe, bakwan, perkedel, telur mata sapi, ayam krispi, ikan lele, pindang ikan. Minumannya standar seperti teh, kopi, dan es jeruk. Dan satu yang penting dicatat dari warung makan tradisional adalah beberapa menu belum tentu ada setiap harinya. Jadi jangan heran kalau misalnya kemarin ada cah jamur tapi hari ini tidak ada.
Tapi tetap... menu-menu khas hampir selalu ada. Favoritku adalah sayur sup, tambah kering tempe, plus 1-2 potong gorengan. Soal harga terjangkaulah untuk kantong mahasiswa. Menu favoritku itu, ditambah segelas es teh, total harganya Rp. 11 ribu.
Warung ini buka dari pagi hingga malam. Dengan eksistensi Gelegar, heran kalau bukan cuma mahasiswa, tapi para alumni yang sedang datang ke Salatiga suka mampir ke sini. Tak akan kami lupa keramahan bapak dan ibu bertanya "Makan, mbak/mas? Dibungkus atau makan sini".
2. Warung Prasmanan Agung Lestari
Sebenarnya aku belum pernah mengunjungi tempat ini semasa kuliah, soalnya letaknya agak jauh dari kampus, tepatnya di pusat kota. Aku tahu warung makan ini dari teman Facebookku dulu, Ibu Anthoneta Yulianti. Katanya sih harganya murah dan enak. Tak salah, pertama aku ke sana langsung jatuh cinta (sama makanannya lho).
Siang itu, setelah melepas rindu dengan kampus dan kost, aku berjalan ke Lapangan Pancasila. Di sebelah barat Polres Salatiga, berjajar pulau-pulau.. eh warung-warung. Agung Lestari terletak paling pojok, dekat tikungan, tertutup pohon besar. Jadi harus pasang mata baik-baik biar nggak terlewat. Warung ini pernah buka cabang di daerah Kembangarum, tapi cabangnya sekarang udah tutup.
Tempat ini berbentuk memanjang. Tidak terlalu luas, jadi kalau di dalam lagi penuh kita harus makan di teras. Begitu masuk, kita tinggal putuskan, mau makan di tempat atau dibungkus. Nasi bisa pilih mau porsi kecil atau besar karena ada mangkuk penakarnya. Selanjutnya, kita bisa ambil sendiri lauk dan sayur yang disukai. Minuman pun tinggal ambil dari dispenser, mau jus buah, teh, atau air putih.
Karena sebelumnya sudah makan siang di Gelegar, aku putuskan bungkus nasi aja di Agung Lestari buat nanti dimakan di rumah.
Begitu pilih lauk... hmmm... aku jadi bingung mau yang mana. Serius, saking banyaknya pilihan. Mulai dari tumis-tumisan, sayur berkuah bening maupun santan, aneka gorengan, telur, ayam, ikan... tak kurang dari 50 macam. Ya, aku akhirnya ambil tumis sawi hijau, mie goreng, perkedel, dan telur dadar yang dicetak. Total semua Rp. 18 ribu, sepadan lah.
Sesampai di rumah, langsung kunikmati. Mmm... maknyusss.. lezatos. Rasanya bumbunya sungguh pas dengan nasi yang pulen. Mie gorengnya punya rasa gurih tersendiri, seperti dimasak dengan margarin.
Ya, kupastikan Agung Lestari masuk dalam list favoritku kalau nanti ke Salatiga lagi.