Yesss... akhirnya terkabul juga keinginanku untuk naik KA Sritanjung ke Banyuwangi. Pas lihat jadwal keretanya, serasa tantangan. Bayangkan, sehari full dari jam 07.20 sampai menjelang jam 20.00 kita cuma duduk ! Buat yang nggak biasa bepergian jauh pasti bikin suntuk, mabok, atau orang Jawa bilang: mendhem.
Kereta berangkat jam 07.20, aku harus berangkat sepagi mungkin dari Magelang. Dengan menggendong ransel dan menenteng tas besar berisi pakaian (nggak mau bawa koper karena ribet naik turunnya), aku memulai dengan naik ojol (Gojek) dari rumah, dilanjut bus jurusan Jogja dari depan Artos Mall. Hari masih gelap, matahari baru terbit saat bus mencapai Muntilan.
Sengaja turun di Pasar Mlati, karena ojol dilarang naikkan penumpang dari depan Terminal Jombor. Malas juga kalau harus jalan jauh bawa tas berat. Sebelum turun dari bus, aku udah klik order ojol biar nggak kelamaan nunggunya. Nggak salah, aku masih harus tunggu 5 menit lebih baru abang ojolnya datang.
Tepat jam 7, aku sampai di Stasiun Lempuyangan. Agak gemes juga karena si abang ojol nggak paham medan, jadi kebablasan, aku musti jalan agak jauh. Berulang kali dia minta maaf. Iya, iya, aku maafin. Yang penting belum ketinggalan kereta.
Biar Jogja punya sejuta kharisma, aku merasa nggak perlu perhatikan yang lain-lain saat ini. Fokusku cuma pengin secepatnya cetak tiket dan masuk kereta. Untunglah aku nggak perlu antri lama. Ketik kode booking di mesin lalu syuuut. Pas masukin dompet ke tas, seorang pemuda menghampiriku "Pak, itu kuncinya jatuh." O lha, ternyata kunci rumahku sudah tergeletak di lantai. Spontan kuucapkan terima kasih. Syukur deh ada hal baik terjadi di sini.
![]() |
Makasih buat mas-mas baju oranye yang sudah temukan kunciku |
Karena sudah jam 07.10, aku segera check in dan menuju kereta. Tak lama kereta berangkat. Tempat duduk di sebelahku masih kosong, sementara di depanku 2 orang ibu, satu masih muda, satu udah setengah tua. Aku tahan keinginan buat selonjoran, takut dibilang nggak sopan.
Berhubung belum sarapan, aku membuka kotak makanku yang berisi nasi dan omelet mie. Tak sampai 15 menit segera kuhabiskan. Kotak lainnya berisi roti tawar dengan olesan madu, coklat, dan abon. Kusimpan saja untuk makan siang. Ada juga beberapa cemilan lain. Ya, memang lebih baik bawa bekal sendiri daripada beli di kereta makan. Meski petugas lalu lalang menawarkan Pop Mie, minuman, hingga nasi goreng, aku sama sekali tidak tertarik. Bukan apa-apa, harganya mahal buat penggemar angkringan sepertiku.
Aku melihat ke jendela saat kereta melewati daerah Klaten. Pemandangan ladang yang hijau disinari matahari pagi. Betapa indahnya. Dalam hatiku berkata, janganlah pagi ini cepat berlalu. Lho?
![]() |
Pagi yang cerah di Ceper, Klaten |
Menit dan jam berlalu, kereta sudah memasuki Jawa Timur. Sampai di Jombang, tempat duduk di sekitarku sudah terisi penuh. Tubuhku mulai capek duduk terus. Makanya saat kereta berhenti agak lama di stasiun, aku turun sebentar merenggangkan otot kaki sekalian ke toilet.
Aku mulai loyo setelah lewat Sidoarjo. Udara siang bikin ngantuk, tapi mau tidur juga susah karena di kanan jendela di kiri ada orang. Main HP terus bikin capek mata. Akhirnya setelah makan bekal rotiku, aku membuka buku yang kupinjam dari perpustakaan kota Magelang. Judulnya AnTravelogi karya Dini Novita Sari. Seketika cerita pengalaman Mbak Dini waktu liburan ke Singapura bareng teman-temannya membuatku termenung. Aku memang suka cerita-cerita traveler begini dan selalu bermimpi jadi seperti mereka. Bakat menulisku udah ada, tapi yang mau ditulis belum banyak karena isi dompet yang terbatas. Dan lagi aku tidak banyak teman yang sehobi denganku.
![]() |
Buku AnTravelogi (foto kuambil di rumah) |
![]() |
Stasiun Probolinggo |
Suasana hutan di jalur Probolinggo-Lumajang membawaku kembali ke dunia nyata. Ya, daerah ini belum pernah kulihat sebelumnya, jadi sayang kalau dilewatkan. Pohon-pohon besar menjulang dengan langit yang masih biru seperti yang pernah kulihat di film 5 Cm. Sayang, karena posisiku di sebelah kiri, aku tidak bisa melihat Gunung Bromo dan Semeru.
Sempat kulihat Stasiun Klakah, satu-satunya stasiun aktif di Lumajang. Tidak jauh dari sana ada Ranu Klakah, danau vulkanik di lereng Gunung Lamongan. Sebenarnya tempat itu masuk wishlist perjalananku sejak dulu, tapi karena KA Sritanjung tidak berhenti di Klakah, alhasil harus kuurungkan sementara.
Saat berhenti di Stasiun Tanggul, aku kembali turun sebentar. Matahari mulai terbenam. Aku melihat-lihat sekitar stasiun tapi nggak berani jauh dari kereta. Stasiun ini berada di bagian barat Kabupaten Jember. Baik Jember maupun Banyuwangi wilayahnya cukup luas. Biarpun di peta terlihat dekat, ternyata jarak ibukota kedua kabupaten itu juauhhh... sekitar 100 km !
![]() |
Stasiun Tanggul |
Kereta mulai sepi begitu sampai Stasiun Jember. Ibu-ibu dan mbak-mbak di sekitarku udah pada turun. Tinggal seorang bapak yang baru naik, duduk di depanku. Hari benar-benar sudah gelap dan di luar sana kurang penerangan jadi nggak ada yang bisa kuperhatikan selain mendengar pengumuman kereta berhenti di stasiun-stasiun kecil. Oh ya, di lintas Jember-Banyuwangi ini ada beberapa stasiun yang namanya mirip-mirip : Kalisat, Kalisetail, Kalibaru, Rambipuji, Rogojampi. Jadi yang mau turun di salah satu stasiun itu musti pasang telinga baik-baik. Salah dengar ya salah turun deh.
Banyuwangi! Akhirnya.. Tak lupa aku chat WA ke Mas Rahmat, pemilik Rumah Singgah, bahwa aku akan segera sampai. Kupersiapkan tas-tasku. Di belakangku, beberapa orang bule juga bersiap turun. Tak salah, Banyuwangi sering menjadi tempat transit para turis sebelum menyeberang ke Bali atau yang mau berwisata ke daerah sekitar seperti Baluran, Alas Purwo, dan Kawah Ijen. Deg-degan juga, jangan-jangan di Rumah Singgah nanti bakal sekamar sama bule. Wow, fantastic...
![]() |
Sampai juga di Banyuwangi |
12 jam perjalanan berakhir sudah. Dengan gembira, aku berjalan keluar dari stasiun Banyuwangi. Kutolak semua tawaran ojek maupun taksi karena menurut Google Maps, jarak Rumah Singgah cuma sekitar 200 meter dari stasiun.
Aku sejenak mengagumi bangunan stasiun ini. Tidak terlalu besar, tapi bagus banget. Di samping bangunan utama ada gerai Roti O dan Indomaret. Keluar dari stasiun, berjajar warung makan, hostel, dan rental motor. Biarpun namanya Stasiun Banyuwangi Kota, lokasinya agak jauh dari pusat kota, bahkan agak di pelosok. Jalan menuju Rumah Singgah pun harus lewat hutan kecil yang sepi dan kurang penerangan.
![]() |
Stasiun Banyuwangi Kota |