Berawal dari membaca artikel dan blog tentang backpacker dan
solo traveller, aku tertarik untuk melakukannya. Tapi karena biaya dan waktu
yang terbatas, akhirnya aku cari tujuan yang dekat saja.
Setelah searching di google, aku temukan Pemandian Air Panas Diwak. Letaknya di daerah Bergas, Kabupaten Semarang. Jadi kalau dari arah selatan, sebelum Karangjati, Ungaran, di sebelah kiri ada pabrik Teh Sosro, nah di seberang pabrik itulah lokasi Desa Diwak.
Setelah searching di google, aku temukan Pemandian Air Panas Diwak. Letaknya di daerah Bergas, Kabupaten Semarang. Jadi kalau dari arah selatan, sebelum Karangjati, Ungaran, di sebelah kiri ada pabrik Teh Sosro, nah di seberang pabrik itulah lokasi Desa Diwak.
Mungkin tujuanku ini bisa dibilang
nekat, karena jujur saja aku nggak bisa berenang. Tapi karena mbah google
mengatakan kedalaman kolam di sana nggak terlalu dalam, ya okelah. Dasarnya aku
memang suka main air.
Hari Senin, 13 April 2015,
sepulang dari kampus di Salatiga akhirnya aku berangkat ke Bergas. Sampai ke
seberang pabrik the Sosro, ada papan penunjuk jalan ke pemandian air panas
Diwak. Dari situ, aku jalan kaki sejauh 2 km.
Sempat tanya sana sini, ternyata tempat ini mudah dicapai. Dari
jalan di seberang pabrik Sosro itu, kita bisa jalan terus memasuki Desa Diwak
sampai menemukan penunjuk jalan ke Pemandian Air Panas Diwak di sebelah kiri.
Beloklah ke kiri , jalan sekitar 500 meter sampai ketemu gapura bertuliskan
Selamat Datang di Pemandian Air Panas Diwak. Tapi belum cukup, kita lewat
gapura, jalan lagi sampai kita temukan jalan menurun di sebelah kiri. Di bawah
jalan menurun itulah tempatnya.
Aku yang punya penyakit takut
ketinggian pun terpaksa melepas sepatu dan berjalan pelan untuk menuruni jalan
tersebut. Habis mau gimana lagi, mau perosotan malu, mau lari takut jatuh.
Butuh perjuangan buat aku sampai di bawah.
Sampai di bawah, kulihat ada warung kelontong dengan tempat lesehan. Sedangkan ticket
box di sebelah kiri, aku pun langsung mendekat.
“Mau mandi ya mas?” tanya seorang bapak
“Ya pak” aku menjawab
“Tiga ribu mas, mau pakai loker?”
“Ya”
“Kalau pakai loker, tambah dua ribu”
Aku langsung membayar
“Kok sendirian mas?” bapak itu bertanya lagi
“Ya pak, habis dari kampus di Salatiga, coba mampir sebentar ke sini” aku terus terang aja.
“Kolamnya yang tengah ya mas, kalau yang kanan buat anak-anak”
“Tapi kedalamannya berapa pak?”
“Sama kok, satu meter”
“Oke pak”
Aku langsung menuju ke tempat loker, buka baju, simpan barang di loker, lalu nggak pakai lama langsung ke kolam. Dengan mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada, aku siap hadapi tantangan berikut ini.
“Mau mandi ya mas?” tanya seorang bapak
“Ya pak” aku menjawab
“Tiga ribu mas, mau pakai loker?”
“Ya”
“Kalau pakai loker, tambah dua ribu”
Aku langsung membayar
“Kok sendirian mas?” bapak itu bertanya lagi
“Ya pak, habis dari kampus di Salatiga, coba mampir sebentar ke sini” aku terus terang aja.
“Kolamnya yang tengah ya mas, kalau yang kanan buat anak-anak”
“Tapi kedalamannya berapa pak?”
“Sama kok, satu meter”
“Oke pak”
Aku langsung menuju ke tempat loker, buka baju, simpan barang di loker, lalu nggak pakai lama langsung ke kolam. Dengan mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada, aku siap hadapi tantangan berikut ini.
Aku pun nyebur ke kolam. Turun pelan-pelan aja, kalau langsung loncat "byur" bisa KO nanti. Rasa hangat langsung terasa. Bagian pinggir lumayan dangkal, jadi kita bisa berendam sambil duduk. Aku coba
turunkan kakiku lebih dalam lagi. Astaga, dalam banget. Aku sempat deg-degan,
jangan-jangan kolam ini dalamnya kayak sumur kecil. Tapi dasar nggak mau
kunjunganku sia-sia, aku coba turunkan kaki sambil pegangan. Oh, ternyata nggak
sedalam yang aku kira. Airnya cuma setinggi dadaku. Dasar kolam berupa batu-batu dan di bagian tengah ada
semacam “jalan” ke tengah. Asyik! Aku
langsung “berenang” ke tengah. Di tengah pun airnya nggak dalam amat. Saking
senangnya, aku coba beberapa gerakan renang yang pernah aku lihat. Ya,
tapi jelas aja, tubuhku nggak bisa jaga keseimbangan, cuma bisa melayang
sedikit lalu turun lagi. Biarpun nggak berani menyelam, tapi lumayan lah bisa
menikmati. Kalau capek, bisa duduk sambil berendam di sudut.
Air di kolam ini terlihat coklat
kehijauan karena kandungan belerang yang konon bisa menyembuhkan penyakit
kulit. Terlihat jelas gelembung-gelembung kecil pada air. Di belakang
pemandian, ada sebuah sungai yang keruh dengan pepohonan dan sawah menghijau.
Tapi jangan salah, air kolam bukan berasal dari sungai. Air belerang itu
dialirkan langsung dari sumber mata air di dalam tanah.
Kolam di sini ada tiga, satu kolam
dewasa yang kutempati saat itu, satu kolam untuk anak-anak, satu lagi kolam
kecil buat menampung dan menyaring air dari sumbernya sebelum dialirkan ke
kedua kolam. Kita dilarang berenang di kolam kecil ini, tapi bisa mengambil air dengan cara menimba. Di depan kolam ada tiga kamar mandi, satu toilet dan
pancuran untuk bilas.
Buat yang suka wisata hingar bingar,
tempat ini mungkin agak membosankan. Tapi buat yang suka ketenangan dan
relaksasi, tempat ini perlu dicoba.
Setelah satu jam berendam, aku
segera naik untuk bilas. Aku sengaja memilih bilas di pancuran. Airnya betul-betul sejuk. Sesudah itu, aku bersiap untuk ganti pakaian di kamar mandi. Saat itulah, beberapa orang warga
sekitar mulai berdatangan. Rupanya, banyak warga sekitar , terutama anak-anak,
suka mandi di tempat ini setiap sore. Yang bikin aku takjub, ada seorang nenek
masih lincah berenang. Wow, mantap mbah!
Habis beres-beres, aku kembalikan
kunci loker lalu pulang. Nggak ada jalan lain, aku harus jalan kaki lagi sejauh
2 km sampai ke depan pabrik Sosro. Rileksnya langsung hilang, tapi nggak
apa-apa lah.
Ya, inilah sedikit review perjalananku.
Pengalaman baru buatku, coba-coba berenang, sendirian pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar