“Kaki
yang melangkah lebih jauh dari biasanya”. Itulah salah satu kata bijak di film
5 cm. Tak salah kalau kata itu disematkan ke perjalananku kali ini.
Baru
kali ini aku merasakan travelling ala backpacker. Sebelumnya, aku memang sudah
beberapa kali solo travelling, tapi itu paling-paling mengunjungi satu dua
tempat, waktunya juga nggak sampai sehari. Nah, karena di liburan tahun baru
ini keuanganku cukup, apa salahnya aku coba melangkah lebih jauh. Mumpung masih
muda dan jomblo (tapi nggak ngenes).
Aku
sengaja memilih Jawa Timur sebagai tujuan backpacking pertamaku. Yup, seumur-umur
aku belum pernah mengunjungi Jatim secara langsung. Cuma pernah numpang lewat
waktu wisata ke Bali saat SMA dulu.
Nah,
untuk tujuan pastinya, awalnya aku agak bingung. Berdasarkan berbagai blog dan
artikel yang pernah kubaca, lima kandidat kota tujuan ada di benakku :
Surabaya, Malang, Kediri, Jember, dan Banyuwangi. Setelah cap cip cup kembang
kuncup, googling sana sini, ditambah mempertimbangkan berbagai aspek, akhirnya
terpilihlah kota Malang.
Maka,
segeralah aku pesan tiket kereta dan hotel di Traveloka. By the way, ini juga
pertama kalinya aku menggunakan jasa Traveloka lho! Benar-benar, tahun baru
pengalaman baru!
Dengan
budget pas-pasan, tentu saja aku memilih hotel dan kereta api yang murah. Eh,
tapi yang murah kan biasanya cepat habis? Apalagi musim liburan begini.
Solusinya, aku harus pesan dari jauh-jauh hari. Buat travelling tanggal 2-5
Januari 2018, aku pesan sejak tanggal 13 Desember 2017.
Oleh
Traveloka, kita cuma dikasih waktu sekitar 1 jam untuk melunasi pembayaran.
Dengan segera, aku menuju ke ATM, untung masih sempat. Oke,deal.
Tanggal
2 Januari 2018 sore, berangkatlah aku menuju Semarang, karena dari sana aku mau
naik kereta ke Malang. Kereta api Matarmaja akan berangkat pukul 22.07, tapi
daripada ketinggalan kereta, aku sudah di Stasiun Tawang pukul 19.30.
Malam
itu, suasana Stasiun Tawang Semarang cukup ramai. Banyak calon penumpang yang
lalu lalang. Beberapa diantar teman atau kerabatnya. Mungkin mereka baru aja
menghabiskan liburan di Semarang. Sesekali pengeras suara mengumumkan
kedatangan atau keberangkatan kereta diiringi musik lagu Gambang Semarang.
Kalau sudah gitu, pasti langsung ada adegan cipika cipiki atau
berpelukaaaan. Satu persatu orang-orang
itu berangkat, membuat stasiun berangsur-angsur sepi.
Aku
sendiri? Nggak ada yang kukenal di sini. Maka, setelah cetak tiket dan mampir ke Indomaret sebentar, aku langsung duduk di ruang tunggu. Sesekali kupandangi
bangunan stasiun yang berarsitektur kolonial ini. Mirip ruangan pesta dansa zaman dulu. Ada pilar-pilar dengan lampu gantung di tengahnya.
Sekian
lama menunggu, akhirnya tepat pukul 21.30 aku memutuskan boarding. Tapi kereta
masih belum datang, jadi aku harus tunggu lagi di peron.
Ini
bukan pertama kalinya aku masuk ke stasiun malam-malam, sebelumnya aku pernah
mengalami waktu pulang dari Bandung. Tapi perasaan kali ini betul-betul luar
biasa. Suasana peron yang sudah agak sepi dan sedikit gelap bikin aku serasa masuk ke garasi
kereta api.
Kereta
pun datang. Dan… seperti yang dibayangkan, kereta penuh, tidak ada lagi tempat
duduk tersisa. Eits, bukan berarti aku nggak dapat tempat duduk lho. Aku kan
sudah pesan. Malahan dekat jendela. Tapi ya… harap maklum, kereta kelas
ekonomi. Di sekitarku ada beberapa ibu-ibu, ada yang bawa anak juga, dan barang
bawaan mereka… ampun deh, karena nggak cukup ditaruh di rak atas terpaksa
berjubel di sekitar tempat duduk.
Setelah
kereta berangkat, aku mencoba tidur. Susah juga. Paling-paling tidur setengah
jam, bangun lagi setengah jam. Habisnya tempat dudukku terasa sempit, bukan
reclining seat yang bisa disandarkan. Belum lagi kaki nggak bisa selonjor,
terhimpit tas penumpang lain.
Tiba-tiba,
kereta berhenti di Stasiun Kalioso, dekat Solo. Aku sempat heran, kenapa
berhenti di stasiun kecil malam-malam begini. Tak lama, dari jendela terlihat
kereta api lain melintas. Baru tahulah aku, ini yang disebut persilangan. Saat
kereta lain melintas, maka kereta dari arah sebaliknya harus mengalah dulu.
Lanjut
perjalanan, aku tetap susah tidur, yang ada leherku mulai sakit karena posisi
kepala harus menunduk atau miring. Sampai-sampai aku heran, kok ibu-ibu di
sekitarku bisa tidur enak banget ya.
Melewati Madiun, aku nggak bisa tidur lagi.
Terpaksa aku main HP sambil makan camilan yang kubawa. Untungnya,
sampai di Kediri, penumpang di sekitarku mulai turun. Sekarang aku bisa
membaringkan diri, ya biarpun nggak bisa pulas. Memasuki Blitar, barulah aku
betul-betul bangun. Tak disangka, di tempat duduk yang saling berhadapan ini cuma tersisa aku seorang! Wah, ini dia, akhirnya aku bisa menikmati pemandangan di luar sambil selonjoran.
Matahari
mulai terbit. Dari jendela, aku lihat warga pedesaan yang mulai beraktivitas. Sawah
dan ladang indah terbentang…. Sungguh indah dan damai suasananya.
Morning has broken, like the first morning
Black bird has spoken, like the first bird
Praise for the singing, praise for the morning
Praise for the springing, fresh from the world
Kereta
sempat juga melewati Bendungan Sutami, yang disebut juga Bendungan Karangkates.
Ada juga dua terowongan : Eka Bakti Karya dan Dwi Bakti Karya, yang letaknya
saling berdekatan. Sementara itu di sebelah timur, gunung tertinggi di Jawa, Mahameru, terlihat samar-samar.
Hingga
akhirnya, kereta api memasuki kota Malang, tepatnya Stasiun Malang Kota Lama. Suasana
perkotaan mulai terasa. Aku sempat takjub dengan rumah-rumah warga yang letaknya
sangat dekat dengan rel kereta api. Malah ada yang menjemur pakaian di pinggir
rel kereta. Apa nggak takut ya? Tapi yang jelas, di daerah seperti ini, kereta
api harus memperlambat jalannya.
Di
Malang memang ada 2 stasiun : Kota Lama dan Kota Baru, dua-duanya masih aktif,
yang membedakan adalah waktu berdirinya. Stasiun Kota Lama berdiri tahun 1879,
sedangkan Stasiun Kota Baru dibangun tahun 1941. Di Stasiun Kota Baru lah aku
akan turun nanti.
Lagi-lagi,
pemandangan luar biasa seakan menyambut kedatanganku. Apa lagi kalau bukan
Kampung Warna Warni Jodipan! Yup, pemukiman di tepi Sungai Brantas yang dicat warna warni itu kini menjadi salah
satu daya tarik wisata di kota Malang.
The
last! Stasiun Malang Kota Baru. Waktu tepat pukul 08.00 pagi, Aku pun melangkah
keluar dari kereta dengan gembira. Selamat pagi kota Malang!
Bersambung ke Part 2
Bersambung ke Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar