Terang bulan, terang bulan di kali
Buaya timbul disangkalah mati
Jangan percaya mulutnya lelaki
Berani sumpah tapi takut mati
Jujur aja,
aku kurang setuju dengan dua baris terakhir lagu ini. Masalahnya, zaman
sekarang bukan cuma lelaki, perempuan juga banyak yang nggak bisa dipegang
ucapannya! Tapi udahlah, bukan saatnya ngomongin itu, lagian aku sendiri juga
nggak selalu bisa dipercaya kok…. hehehe… tapi tulisanku di sini bukan
asal-asalan lho ya….
Kalau kita
perhatikan, lirik lagu di atas adalah sebuah syair. Dahulu kala, syair memang
merupakan sebuah karya sastra pendek dengan makna tertentu dan bunyi yang
hampir sama setiap baitnya (bersajak a-a-a-a).
Pada akhir
decade 1930-an, lagu ciptaan Saiful Bahri ini melejit seiring berkembangnya musik
keroncong di Indonesia, yang waktu itu masih bernama Hindia Belanda. Banyak
musisi dan penyanyi suka dengan lagu ini, sampai-sampai dibuat filmnya pada
tahun 1937. Lagu ini juga terkenal sampai ke negeri Belanda. Beberapa penyanyi
Belanda membawakannya, baik dengan bahasa Belanda, bahasa Indonesia atau bahasa
campuran. Ada Rudy van Dalm, Wieteke van Dort hingga Zangeres Zonder Naam. Liriknya pun digubah dalam berbagai versi, tapi tetap dengan tema dan ritme yang sama.
Zangeres Zonder Naam membawakan "Terang Bulan" (Sumber : You Tube) |
Tidak
diketahui pasti bagaimana melodi lagu ini sama dengan lagu kebangsaan Malaysia,
“Negaraku”. Beberapa sumber mengatakan, Presiden Soekarno pernah menghadiahkan
piringan hitam lagu “Terang Bulan” kepada pemerintah Malaysia. Polemik “Terang
Bulan” kembali mencuat di tahun 2009, ketika perusahaan rekaman Lokananta
Records mengeluarkan anggapan bahwa irama “Negaraku” menjiplak “Terang Bulan”.
Tapi orang Malaysia
sendiri malah membantah, dengan mengatakan bahwa “Negaraku” diadopsi dari lagu
daerah Perak, Malaysia. Ada juga yang “menyerang” dengan mengingatkan bahwa
“Terang Bulan” sendiri juga menjiplak “La Rosalie”, sebuah lagu berbahasa
Prancis. ‘La Rosalie” sendiri diciptakan pada abad ke-19 oleh Pierre Jean de
Beranger di Kepulauan Seychelles, yang kala itu menjadi koloni Prancis.
Ternyata
beginilah sejarahnya, “La Rosalie” pada zamannya begitu populer sampai ke Asia.
Dan pada tahun 1888, Kesultanan Perak, yang waktu itu masih di bawah jajahan
Inggris, menggunakan lagu ini sebagai lagu kebangsaan Perak dengan judul “Allah
Lanjutkan Usia Sultan”. Pada akhir tahun 1930-an, barulah “La Rosalie” masuk ke Indonesia dan
diadaptasi menjadi “Terang Bulan” oleh pencipta lagu Saiful Bahri. Jadi? Ya, kita
tidak bisa menyalahkan siapa pun, karena semua bersumber dari kepopuleran “La Rosalie”.
https://www.youtube.com/watch?v=z9-rHPlDEQk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar