Alarm di HPku bunyi bikin aku mau tak mau harus membuka mata. Saatnya aku jalankan misi hari ini : lari pagi di pantai. Secepat kilat, aku
segera gosok gigi, cuci muka, dan ganti pakaian. Tak lupa tas pinggang sebagai tempat HP melingkar di perut
Suasana
masih sepi. Langit masih hitam pekat. Susah payah kubuka gerbang penginapan, tak lupa kututup kembali (takut dikira maling).
Begitulah, aku mulai berjalan cepat menyusuri jalur pantura yang masih gelap. Nyaris tidak ada yang lewat, cuma satu dua orang yang berangkat ke pasar atau
sholat subuh. Selebihnya truk-truk proyek yang merajai jalanan.
Biarpun
niatku lari pagi, aku nggak mungkin lari kencang kayak biasanya. Masalahnya, di sini kurang penerangan, nggak
ada trotoar, pinggir jalan lumayan sempit dan banyak batu kerikil. Ditambah
truk yang sering oleng kiri kanan. Kalau aku nekat lari-larian bisa-bisa mereka
mengirimku keluar dari dunia ini. Ekstrim pokoknya!
Sudah
hampir 2 km aku berjalan. Nafas mulai ngos-ngosan, kaki mulai pegal. Matahari
sudah hampir terbit. Lanjut terus. Medan
jalan terasa makin sempit, jadi aku harus melipir. Orang yang lihat mungkin
heran, siapa sih itu, pagi-pagi jalan sendirian kayak orang hilang. Aku nggak
peduli, yang penting aku harus ke Pantai Jatisari lihat sunrise.
Tak
lama kutemukan jalan kecil ke atas tebing. Merasa bahwa itu pantai, aku nekat
naik. Wow… di bawahku pemandangan sunrise di pantai indah terbentang. Sekilas
mirip Tanah Lot, Bali. Aku tengok kanan kiri, ternyata tebing ini curam. Ada
sih jalan ke sebelah timur tapi terhalang batu dan rerumputan. Karena nggak pengin kayak host MTMA, aku
turun dan jalan lagi ke sebelah timur.
Mentari segera muncul dari peraduannya |
Pemandangan dari atas tebing |
Tepi
pantai belum juga kutemukan. Padahal menurut Google Maps tujuanku sudah
terlewat. Malah Desa Jatisari sudah jauh di belakang. Sementara jalan berubah
menanjak. Sampailah aku ke sebuah pangkalan truk yang dilengkapi rumah makan.
Lho, ini gimana sih, pantainya mana?
Di
antara truk yang sedang parkir, aku nekat berjalan masuk. Aku sudah sangat lelah, tapi aku kuat-kuatkan nafasku biar nggak dikira orang hilang. Menembus
rumput-rumput di samping rumah makan. Tidak ada tepi pantai seperti di Pantai
Sluke kemarin. Yang ada justru pantai dengan tebing yang curam.
Aku
makin bingung tak karuan. Sepertinya rencana lihat sunrise sambil lari di tepi
pantai bakal gagal kalau tempatnya macam begini. Biarpun gitu, aku tetap nggak
boleh melewatkan matahari terbit pagi ini. Dari atas tebing, aku memotret
pantai di bawahku.
Salam jumpa lagi matahari! |
Dermaga di bawahku |
Pantai
ini lumayan bagus juga kok. Dari atas aku bisa melihat jelas pesisir timur laut
Jawa Tengah dengan matahari yang mulai muncul. Jauh di bawah sana ada dermaga
untuk perahu nelayan yang terbuat dari kayu. Aku cari-cari bagaimana caranya
turun ke bawah, tapi pencarianku tanpa hasil. Lompat? Sama aja bunuh diri.
Akhirnya
aku coba mengitari pangkalan truk, kalau-kalau menemukan sesuatu yang menarik. Mau pemandangan indah, makanan enak, cewek cantik juga boleh (apaan sih). Eh, tiba-tiba, plang rumah makan terbaca olehku “Robyong”. Olalala… salah
alamat bro, ini bukan Pantai Jatisari tapi Pantai Robyong. Pantas aja beda sama
yang kulihat di internet.
Terus,
dimana dong Pantai Jatisari nya? Nah ini… aku lihat lagi Google Maps. Menurut
peta sih di seberang SPBU, tapi yang kutemui tadi malah hutan laut. Apakah
petanya salah? Ups, tapi di ujung Desa Jatisari ada Dermaga Jatisari, mungkin
itu ya? Ya udah, aku jalan lagi ke sana. Aku udah jauh-jauh ke sini harus
dimaksimalkan. Kalau misalkan Pantai Jatisari tetap nggak ketemu, nanti aku ke
Pantai Sluke lagi aja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar