Kamis, 09 Februari 2023

Solo Travelling (16) Magelang - Kutoarjo Cuma 11000

Sebenarnya aku nggak tertarik mengunjungi Kutoarjo.  Karena tidak ada yang istimewa dari kota kecil  di Kabupaten Purworejo ini. Bukan nggak bagus sih, tapi kuliner dan kondisinya tak jauh beda dengan daerah lain di Jawa Tengah.  

Tapi jangan salah,  Kutoarjo punya stasiun besar yang menjadi "pengumpan" bagi warga Purworejo dan sekitarnya untuk naik kereta api.  Sebenarnya di kota Purworejo ada stasiun,  tapi sudah tidak aktif (pernah kuceritakan beberapa tahun lalu)  dan lagi Stasiun Purworejo adalah stasiun terminus,  tidak punya sambungan menuju Kulon Progo. Entah kenapa.  Mungkin karena sebelah timur Purworejo ada bukit Menoreh yang sulit dibuat jalur kereta,  jadilah fokus  kegiatan perkeretaapian diserahkan ke Kutoarjo.  

Kembali ke diriku. 1 Januari lalu aku pertama kali naik bus Trans Jateng dari Terminal Bawen ke Semarang.  Setelah aku lihat detailnya lewat aplikasi Si Anteng,  ternyata Trans Jateng ada beberapa rute,  salah satunya Borobudur-Kutoarjo. Menariknya lagi tarifnya jauh maupun dekat cuma Rp. 4.000 ! Wowww.. sesuai kantongku banget ini.  

Maka seminggu kemudian, aku segera mencobanya. Nggak terlalu sulit, aku langsung menuju ke Borobudur, dari Terminal Magelang dengan angkot seharga Rp. 7.000. 

Sebuah halte terpampang di sisi kiri Terminal Borobudur. Nampak bus Trans Jateng terparkir di dekatnya. Bus berwarna merah dengan gambar burung kepodang yang jadi maskot provinsi Jateng. 



Karena hari libur, cukup banyak calon penumpang saat itu. Beberapa menit kemudian, bus siap berangkat. 

Aku cepat-cepat naik dan menyegel sebuah tempat duduk. Oh ya, di bus ini tempat duduk antara laki-laki dan perempuan dipisah untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan (padahal zaman sekarang sih  kejahatan nggak pandang bulu, kalau setan udah bicara, mau lawan atau sesama jenis tetap aja bisa kena). Bagian depan untuk laki-laki, bagian belakang untuk perempuan. Kalau anak kecil boleh ikut orang tuanya. 

Seperti kubilang tadi, tarifnya Rp. 4.000. Bisa dibayarkan langsung ke kondektur, tapi bisa juga pakai e-money seperti ShopeePay atau GoPay. 

Bus keluar dari terminal, menuju jalan raya Borobudur, tapi tidak melewati candi. Sesekali berhenti di beberapa halte seperti Balkondes Sakapitu dan Kembang Limus. Lalu melalui jalan menuju Salaman yang tidak terlalu lebar dengan pemandangan sawah dan Bukit Menoreh. 





Bus penuh sesak saat memasuki Salaman. Sempat dihadang macet karena arus balik setelah libur Tahun Baru, tapi sesampai di Krasak, jalan mulai lancar meski tetap harus pelan-pelan karena medan jalan yang menurun dengan hutan di kanan kiri. 

Selepas Loano, bus tidak berhenti lagi sampai memasuki Purworejo. Sebagian penumpang turun di Plaza Purworejo, karena bus ini tidak lewat pusat kota. Daerah pinggiran menjadi pemandangan selanjutnya, rasanya bikin perjalanan makin jauh. Ditambah lagi sesekali harus berhenti di halte untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Total ada sekitar 20 halte sepanjang perjalanan Borobudur-Kutoarjo ini. 

Total waktu perjalanan satu setengah jam (hampir 2 jam karena sempat macet). Aku turun di Terminal Kutoarjo. Terminal ini kecil dan tidak terlalu ramai seperti halnya Terminal Borobudur tadi. Tapi keberadaan bus Trans Jateng ini membawa warna tersendiri. Angkutan baru ini ternyata cukup diminati warga setempat. Ya, tidak lain karena tarifnya murah tadi.



Karena sudah jauh-jauh, aku tidak langsung pulang. Tapi kemana? Di sekitar sini tak ada tempat wisata atau kuliner khas. Aku tak kehabisan akal. Saat ada angkot berhenti di depanku, aku segera naik. Tujuanku adalah alun-alun, jaraknya 1 km dari terminal.

Setelah menembus kepadatan pasar, sampailah aku ke Alun-alun Kutoarjo. Memang kondisinya biasa saja, tapi lumayanlah untuk melihat suasana lain. 

Aku kagum dengan alun-alun ini. Secara bentuk memang tak jauh beda dengan alun-alun pada umumnya, tapi sangat bersih dan tertata rapi. Lapangan rumput yang luas dan hijau.  Pohon beringin di tengah. Tersedia selasar untuk bersantai atau sekedar berfoto. Ada juga semacam bangunan gardu pandang yang tidak terlalu tinggi, dengan toilet di sisi bawahnya. 









Beranjak dari alun-alun, aku jalan kembali ke terminal tadi. Sebenarnya mau naik angkot lagi, tapi karena bagiku tidak terlalu jauh, kuputuskan jalan kaki saja.

Sesampai di terminal, aku kembali menunggu bus Trans Jateng, setelah sebelumnya membeli beberapa cemilan dan minuman. Seperempat jam berlalu, bus siap berangkat, dan seperti biasa aku duduk di deretan depan. 

Kali ini aku berniat turun di bundaran Salaman untuk mempersingkat waktu karena angkot di  Borobudur sering lama ngetemnya. Tapi astaga, entah aku yang salah perhitungan atau ada hal lain dari bus ini, penumpang tujuan Salaman harus turun di halte depan SMKN Salaman yang jaraknya beberapa ratus meter dari bundaran. 

Ya, terpaksa aku turun di situ dan menunggu bus jurusan Magelang. Karena tak sabar, aku jalan kaki ke arah bundaran. Tapi menjelang sampai di bundaran, sebuah bus kecil lewat, dan naiklah aku, pulang ke Magelang.