Senin, 14 Desember 2015

Refreshing Sejenak : Air Terjun Sekar Langit

Suatu hari, David ajak aku pergi ke air terjun. Kata dia sih di daerah Kopeng. Aku tanya, Umbul Songo atau Kalipancur? Sesudah ingat-ingat, dia jawab Sekar Langit. Lho, itu sih di Grabag bukan Kopeng, bro! Dia jawab dengan kalem “Ya, berangkatnya lewat Ngablak”
Dan siang itu, kami berangkat boncengan naik motor dari Salatiga. Sesudah SD Negeri Kopeng 01, belok kiri ke arah Grabag. Jalan yang kami lewati diapit 2 gunung : Gunung Andong dan Telomoyo dengan pemandangan beraneka ragam. Kadang-kadang kami lewat kebun sayur yang menebarkan aroma kubis, kadang juga hutan bambu, atau juga perbukitan dengan jurang di sekitarnya. Baru pertama kali aku lewat jalan ini, jadi nama daerah di situ agak asing buatku, seperti Keditan, Pagergunung dan sebagainya.
Masuk ke daerah Grabag, jalan lumayan ekstrim. Beberapa kali motor kami serasa lewat di sirkuitnya Valentino Rossi, saking banyaknya belokan dan turunan. Aku yang pengidap acrophobia akut berusaha tetap tenang, kalau panik bisa gawat.
Sekitar 1 jam, akhirnya sampailah kami di gapura selamat datang kawasan wisata Sekar Langit. Nggak pakai lama langsung parkir motor lalu beli tiket 5000 per orang. Oke, masuk!
Perjalanan menuju air terjun mirip dengan hiking di kaki gunung. Tebing di sisi kanan, jurang di sisi kiri, dikelilingi pepohonan, salah satunya pohon nangka. Tapi nggak perlu kuatir, jalannya lumayan landai kok. Kami semangat banget pokoknya. Terutama David. Ya, refreshing sejenak buat dia, buat melupakan skripsi dia yang nggak kunjung usai. Melupakan sejenak, bukan seterusnya. Haha..



Karena bukan hari libur, tempat ini lumayan sepi. Cuma ada beberapa anak muda lalu lalang di sekitar kami. Setelah berjalan sekitar 10 menit, kami sampai di jembatan bambu di tengah sungai. Dan seperti biasa, aku deg-degan. Tapi ternyata jembatannya dibuat dengan rapi sehingga aman banget buat dilewati.
Dan nggak jauh dari situ, kami langsung disambut gemuruh air terjun. Air terjunnya menurutku biasa, tidak setinggi Grojogan Sewu, apalagi Niagara (maksa banget)  tapi lumayan menantang juga. Kami langsung menuruni batu ke dekat air terjun. Melangkah di antara batu harus ekstra hati-hati karena licin dan banyak batu yang runcing. Aku sendiri berusaha jaga semaksimal mungkin jangan sampai terjerembab karena pasti sakit dan basah kuyup. My trip my adventure banget deh.


Kami berdua bergantian ambil foto. Apalagi aku, yang punya semboyan “segala yang indah tidak boleh dilewatkan”. Aliran air terjun lumayan deras, mengalir dari atas tebing ke bawah, menyusup di antara batu lalu berlanjut ke sungai di bawahnya.




Sekitar satu jam, David mengajakku pulang. Olala, ternyata cuaca udah mendung. Hujan deras di air terjun sangat berbahaya! Aku buru-buru naik ke atas lagi, cepetan pulang!
Dengan cepat, David memacu motornya. Aku tahu dia phobia sama hujan. Penyebabnya bukan karena takut masuk angin tapi karena malas mencuci motornya! Tapi rupanya, langit betul-betul nggak bersahabat sama kami. Baru jalan 1 km hujan udah turun dan makin lama makin nggak terkendali, pakai bonus petir dan angin juga. Dan akhirnya, kami harus rela basah kuyup. Ibarat kena karma, nggak mau basah di air terjun akhirnya basah di jalan.
Rupanya alam betul-betul ngerjain kami. Sampai kecamatan Ngablak, malah di sana nggak hujan sama sekali. Oh… no… 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar