Senin, 11 Januari 2016

The Voice Indonesia : Mengejar Mimpi di Bawah Langit Ibukota (Part 1)

Pertama kali menginjakkan kaki
Turun kereta di Jakarta
Aku yang sedang mengembara

Niatan hati aku tak mengerti
Mengapa aku sampai di sini
Kota yang megah, Jakarta

Aku langkahkan kakiku ini, yang membawa semaunya
Tiada kusangka kota yang indah
Jakarta luar biasa
O...ho... luar biasa

("Oh Jakarta"  by Elly Sunarya)

Langit masih gelap ketika aku turun dari bus Handoyo. Aku lihat jam tanganku, baru jam 4 pagi. Tapi Terminal Rawamangun ini sudah lumayan ramai. Bus-bus dari luar kota keluar masuk terminal. Beberapa penumpang turun dan melangkah ke tujuan masing-masing. Awak kendaraan seperti ojek, taksi dan bajaj mulai menawarkan jasa. Ya, aku ada di ibukota! Sudah sekian lama, sejak SD aku ingiiiiiin sekali melihat kota Jakarta! Dan pagi ini tercapai! Sendirian pula!  Ingin rasanya lompat, jungkir balik sampai mencium bumi. Tapi aku tahan dengan tiga alasan: Pertama, aku takut keseleo.  Kedua di sini banyak kendaraan lalu lalang, bisa celaka kalau banyak tingkah. Ketiga, siapa pun juga tahu, bisa dikira alumni RSJ Magelang. Hehehe..
Tunggu dulu… kenapa aku ada di sini? Ini ceritanya:
Kegagalanku di audisi X Factor Indonesia awal tahun lalu sama sekali nggak bikin aku kapok. Di akhir tahun 2015 … jrengggg… pengumuman mendadak kudapat dari ayah eh salah.. dari sebuah group di Facebook bahwa akan ada audisi The Voice Indonesia. Acara ini dulunya tayang di Indosiar, tapi mulai tahun ini RCTI yang pegang lisensinya. Okelah… aku ikut!
Biarpun deg-degan, aku merasa lebih siap ikut audisi kali ini. Secara kemampuan vokalku lebih matang dibanding dulu. Aku sempat ikut kursus vokal selama 3 bulan. Ya, sedikit banyak bisa belajar lah.. baru aku tahu vokal itu apa, ternyata memang nggak mudah, tapi kalau udah tahu tekniknya asyik juga kok.
Pengalaman gagal bikin aku lebih bijak. Jangan terlalu berharap, nggak perlu mikir pesimis atau optimis, jalani aja. Lolos atau nggak, itu wajar karena saingan begitu berat. Regina Idol aja sebelum juara dia sempat 6 kali nggak lolos audisi. Yang terpenting buatku adalah pengalaman. Biarpun nantinya nggak lolos, kita dapat pelajaran buat jadi lebih baik lagi. Di samping itu, kita juga punya kenangan manis, pernah terlibat dalam satu acara TV. Mungkin 50 tahun lagi, dengan suara parau, aku bisa ceritain “Cu, ini lho, kakek waktu muda, pengin jadi penyanyi, sampai rela panas-panasan”
Kebanyakan ngomong nih, langsung saja ke pengalamanku. Lewat grup Facebook, aku kenalan dengan seseorang namanya Gery . Dia anak Magelang juga. Dan lewat BBM, kami bikin janji buat bareng ke tempat audisi di Jogja. Sebetulnya sih, kami udah kenal sejak gaung audisi X Factor bergema, tapi kami nggak bisa bareng waktu itu. Oke, kali ini pasti asyik!
Sialnya, tepat tiga hari sebelum audisi, aku dapat SMS yang mengatakan begini “Kepada yth Robert, dimohon datang ke XXX untuk interview, Selasa 22 Desember jam 8.30”. Olala, SMS yg bikin aku kaget sekaligus shock. Rencanaku berangkat audisi bareng sama Gery jadi berantakan karena undangan ini.
Ngomong-ngomong, apa yang aku maksud XXX? Bukan versi baru dari bioskop XXI lho! Ini sebuah perusahaan bernama..… nggak usah aku sebutin deh namanya. Kebetulan dua hari sebelumnya aku habis kirim lamaran kerja ke sana. Dan sekarang ada  panggilan interview….
Aku pun mengatur rencana : selepas interview aku berangkat audisi karena tempatnya di Jogja juga. Dulu aku pernah interview kerja dan nggak sampai 2 jam. Ya, kali ini paling-paling jam 11 sudah selesai, habis itu langsung ke Jogja Expo Center. Tapi apa yang terjadi sungguh di luar dugaanku, aku harus menjalani serangkaian wawancara dari 5 orang staff, belum lagi tes ini itu… aduuuuuuhh… dan bisa dibayangkan betapa shocknya aku ketika lihat jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore.
Dengan lunglai, aku pulang ke Magelang. Sudah hasil interview gagal diterima, satu harapan lain ikut musnah juga. Mau nangis malu, mau ketawa juga takut dikira gila… ah, yang jelas bête banget perasaanku. Aku pun curhat ke David. Sahabatku ini juga sangat menyayangkan batalnya aku ikut audisi. Padahal aku udah siap-siap, udah jaga suara, udah siapin kostum…eh….
Satu rencana terpikir olehku. Aku harus ikut audisi di kota lain! Ya! Aku nggak boleh nyerah begitu aja! Aku pun mulai berjuang dengan kesibukanku pasca lulus kuliah, yaitu membantu ortu menitipkan kue di pasar. Sambil terus berusaha menabung, aku pun tak lupa berdoa. Saking niatnya, di malam Natal dan malam Tahun Baru aku memanjatkan doa khusus untuk ini.
Terpikir bagiku untuk ikut audisi di Jakarta tanggal 9 Januari 2016. Aku memang masih "buta" soal Jakarta. Tapi jiwa petualangku mengalahkan segalanya. Aku pun mulai cari info tiket maupun arah ke tempat audisi, tepatnya JIExpo  yang lokasinya di area PRJ Kemayoran. Terpaksa aku kucing-kucingan dari orang tuaku dengan alasan pergi main bersama David. Karena aku tahu, kalau aku jujur pasti nggak akan boleh. Entah kenapa, mereka nggak pernah merestui aku (emangnya nikah…) buat pergi jauh sendirian padahal udah sebesar ini.
Maka, secara diam-diam aku pergi ke Terminal Magelang dan memesan tiket bus Damri dengan tujuan Kemayoran. Kata ibu penjualnya sih, bus itu bisa langsung sampai Kemayoran, kalo bus lainnya musti transit ke Pulo Gadung dulu. Dengan berbagai pertimbangan, aku pun memantapkan diri. Apalagi menurut Google Maps, jarak Pool Damri Kemayoran dengan PRJ cuma 2 km, jadi bisa jalan kaki deh.
Hari yang ditunggu tiba. 8 Januari 2016 sore, aku langsung ke Terminal Magelang. Parahnya, bus Damri hari itu ternyata nggak jalan. Dengan sangat menyesal, ibu penjual tiket itu memindahkanku ke bus Handoyo tujuan Rawamangun. Katanya sih, dari Rawamangun tinggal cari angkot atau ojek ke PRJ. Ya, itu sih katanya... Maka, berangkatlah aku.
Hasilnya? Seperti kuceritakan di awal, aku sampai di Terminal Rawamangun. Nah, sekarang aku mau ke mana? Sempat terpikir mau ke Terminal Priuk untuk bareng dengan seorang teman di grup Facebook, tapi kuurungkan karena kabarnya nggak ada angkot ke sana. Adanya cuma bajaj dan ojek, itu pun tarif 60 ribu. Bisa bokek sebelum berjuang aku. Dengan agak sungkan, aku tanya ke abang penjaga toilet terminal. Ternyata memang nggak ada angkot ke Priuk. Ke PRJ pun kita harus transit ke Senen dulu. Hmm… tapi pagi-pagi buta gini angkot belum banyak. Akhirnya, seorang tukang ojek bersedia mengantarku ke PRJ dengan tarif 40 ribu. Ya udahlah, aku ambil aja, mendingan langsung ke PRJ daripada nyasar ke mana-mana.
Kira-kira setengah jam aku dibawa menyusuri jalan di Jakarta yang masih remang-remang, dan jam setengah 5 pagi, sampailah aku di JIExpo, Kemayoran, tempat audisi itu. Beberapa peserta sudah duduk-duduk di situ. Entah, mungkin sengaja nginap di situ. Ada yang latihan nyanyi sambil main gitar. Lagu "Someone Like You" nya Adele mengalun merdu dari mulut seseorang.

Jakarta International Expo
Masih kepagian, mau ngapain? Aku duduk di dekat pagar sampai seorang cewek menghampiriku. Sebut saja namanya Maureen (aku agak  lupa nama aslinya, yang pasti berawalan M). Dia berasal dari Manado. Awalnya cuma tanya tempat audisi, lama-lama kami jadi berbincang akrab (cieee….) apalagi tiga cewek lainnya ikut nimbrung dan saling kenalan. Ada Ella dan Elis, kakak beradik dari Maluku serta Lili dari Mentawai. Gila, M semua : Magelang, Manado, Maluku, Mentawai. Ya, salah satu sisi positif audisi ini adalah mengakrabkan orang-orang yang awalnya tidak saling kenal. Nggak peduli cewek atau cowok,  suku atau agama apa, suara bagus atau pas-pasan, semua bisa membaur jadi satu. Bahkan, saking akrabnya, cewek-cewek itu saling berbagi bekal, aku pun kebagian sepotong roti dan sebotol kecil Aqua… lumayan… hehehe… Maureen sempat tanya, aku mau bawain lagu apa. Dengan jenaka, aku nyanyikan sebait lagu “Pengin Jadi Artis” dari Hancur Band, dan cewek-cewek itu tertawa… pas banget lagunya sama aku, saking penginnya jadi artis sampai rela jauh-jauh ke Jakarta!

(NB : Sayang banget, aku nggak sempat minta nomor kontak atau akun medsos keempat cewek itu. Semoga aja kalian baca postinganku ini. Atau kalau ada di antara pembaca yang kenal sama mereka, kasih tahu aku ya, sekedar nambah teman aja kok)

Aku diapit Ella dan Elis
Fajar menyingsing di langit ibukota. Gedung bertingkat di depanku yang semula temaram langsung terlihat jelas. Sambil BBMan, aku pun iseng-iseng mencari dimana teman-temanku dari grup Facebook. Kemarin kami janjian mau bareng audisi. Dan… kalau saja seorang cewek tidak memarkir mobilnya di depan pagar JIExpo, mungkin aku bakal nunggu di sini selamanya. Pak satpam mengatakan peserta audisi The Voice Indonesia harus masuk lewat pintu 6A, yang letaknya paling ujung barat.

Inilah pintu 6A
Mau nggak mau, aku harus jalan ke sana. Aku bilang sama cewek-cewek tadi, audisinya lewat pintu 6A. Tapi mereka malah lagi sibuk foto-foto. Ya udahlah, aku jalan sendiri. Cukup jauh juga sampai bikin keringatan. Nggak heran kalo arena PRJ ini jadi tempat lari pagi favorit setelah Monas.
Setelah masuk pintu 6A, sampailah aku ke sebuah lapangan luas. Sangat-sangat metropolis. Namanya juga convention center internasional! Banyak peserta sudah duduk-duduk di setiap sudut gedung. Sudah rapi, cantik dan ganteng. Aku sendiri, masak, aku ikut audisi kondisiku kucel begini? Setelah menemukan toilet, aku cepat-cepat mandi. Sempat bingung, mau pakai baju mana? Akhirnya kuputuskan pakai jaket hitam dengan dalaman kaos putih. Tadinya aku mau pakai baju batik dengan dalaman kaos putih, tapi kelihatannya norak deh..

Peserta audisi datang dari berbagai penjuru

Sippp… udah bersih dan ganteng nih… aku pun mencari tempat duduk. Teman-teman yang rencananya mau bareng, belum ada yang datang. Sambil sesekali mengecek BBM, aku melihat sekitar. Jam setengah 8, antrian dimulai dan lho..lho… makin lama makin panjang, sampai ke tempatku duduk. Aku pun harus rela tergusur ke seberang. Orang-orang mengantri dengan penuh sukacita. Panitia sibuk mengatur antrian, maju sedikit demi sedikit. Tapi kok, temanku belum datang juga? Sudah jam 8 lebih……

Bersambung ke Part 2...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar