Jumat, 12 Januari 2018

My First Backpacker (Part 1) : "Melangkah" Sendirian ke Malang

“Kaki yang melangkah lebih jauh dari biasanya”. Itulah salah satu kata bijak di film 5 cm. Tak salah kalau kata itu disematkan ke perjalananku kali ini.
Baru kali ini aku merasakan travelling ala backpacker. Sebelumnya, aku memang sudah beberapa kali solo travelling, tapi itu paling-paling mengunjungi satu dua tempat, waktunya juga nggak sampai sehari. Nah, karena di liburan tahun baru ini keuanganku cukup, apa salahnya aku coba melangkah lebih jauh. Mumpung masih muda dan jomblo (tapi nggak ngenes).
Aku sengaja memilih Jawa Timur sebagai tujuan backpacking pertamaku. Yup, seumur-umur aku belum pernah mengunjungi Jatim secara langsung. Cuma pernah numpang lewat waktu wisata ke Bali saat SMA dulu.
Nah, untuk tujuan pastinya, awalnya aku agak bingung. Berdasarkan berbagai blog dan artikel yang pernah kubaca, lima kandidat kota tujuan ada di benakku : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, dan Banyuwangi. Setelah cap cip cup kembang kuncup, googling sana sini, ditambah mempertimbangkan berbagai aspek, akhirnya terpilihlah kota Malang.
Maka, segeralah aku pesan tiket kereta dan hotel di Traveloka. By the way, ini juga pertama kalinya aku menggunakan jasa Traveloka lho! Benar-benar, tahun baru pengalaman baru!
Dengan budget pas-pasan, tentu saja aku memilih hotel dan kereta api yang murah. Eh, tapi yang murah kan biasanya cepat habis? Apalagi musim liburan begini. Solusinya, aku harus pesan dari jauh-jauh hari. Buat travelling tanggal 2-5 Januari 2018, aku pesan sejak tanggal 13 Desember 2017.
Oleh Traveloka, kita cuma dikasih waktu sekitar 1 jam untuk melunasi pembayaran. Dengan segera, aku menuju ke ATM, untung masih sempat. Oke,deal.
Tanggal 2 Januari 2018 sore, berangkatlah aku menuju Semarang, karena dari sana aku mau naik kereta ke Malang. Kereta api Matarmaja akan berangkat pukul 22.07, tapi daripada ketinggalan kereta, aku sudah di Stasiun Tawang pukul 19.30.

 

Malam itu, suasana Stasiun Tawang Semarang cukup ramai. Banyak calon penumpang yang lalu lalang. Beberapa diantar teman atau kerabatnya. Mungkin mereka baru aja menghabiskan liburan di Semarang. Sesekali pengeras suara mengumumkan kedatangan atau keberangkatan kereta diiringi musik lagu Gambang Semarang. Kalau sudah gitu, pasti langsung ada adegan cipika cipiki atau berpelukaaaan.  Satu persatu orang-orang itu berangkat, membuat stasiun berangsur-angsur sepi.
Aku sendiri? Nggak ada yang kukenal di sini. Maka, setelah cetak tiket dan mampir ke Indomaret sebentar, aku langsung duduk di ruang tunggu. Sesekali kupandangi bangunan stasiun yang berarsitektur kolonial ini. Mirip ruangan pesta dansa zaman dulu. Ada pilar-pilar dengan lampu gantung di tengahnya. 



Sekian lama menunggu, akhirnya tepat pukul 21.30 aku memutuskan boarding. Tapi kereta masih belum datang, jadi aku harus tunggu lagi di peron.
Ini bukan pertama kalinya aku masuk ke stasiun malam-malam, sebelumnya aku pernah mengalami waktu pulang dari Bandung. Tapi perasaan kali ini betul-betul luar biasa. Suasana peron yang sudah agak sepi dan sedikit gelap bikin aku serasa masuk ke garasi kereta api.





Kereta pun datang. Dan… seperti yang dibayangkan, kereta penuh, tidak ada lagi tempat duduk tersisa. Eits, bukan berarti aku nggak dapat tempat duduk lho. Aku kan sudah pesan. Malahan dekat jendela. Tapi ya… harap maklum, kereta kelas ekonomi. Di sekitarku ada beberapa ibu-ibu, ada yang bawa anak juga, dan barang bawaan mereka… ampun deh, karena nggak cukup ditaruh di rak atas terpaksa berjubel di sekitar tempat duduk.
Setelah kereta berangkat, aku mencoba tidur. Susah juga. Paling-paling tidur setengah jam, bangun lagi setengah jam. Habisnya tempat dudukku terasa sempit, bukan reclining seat yang bisa disandarkan. Belum lagi kaki nggak bisa selonjor, terhimpit tas penumpang lain.
Tiba-tiba, kereta berhenti di Stasiun Kalioso, dekat Solo. Aku sempat heran, kenapa berhenti di stasiun kecil malam-malam begini. Tak lama, dari jendela terlihat kereta api lain melintas. Baru tahulah aku, ini yang disebut persilangan. Saat kereta lain melintas, maka kereta dari arah sebaliknya harus mengalah dulu.
Lanjut perjalanan, aku tetap susah tidur, yang ada leherku mulai sakit karena posisi kepala harus menunduk atau miring. Sampai-sampai aku heran, kok ibu-ibu di sekitarku bisa tidur enak banget ya. 
Melewati Madiun, aku nggak bisa tidur lagi. Terpaksa aku main HP sambil makan camilan yang kubawa. Untungnya, sampai di Kediri, penumpang di sekitarku mulai turun. Sekarang aku bisa membaringkan diri, ya biarpun nggak bisa pulas. Memasuki Blitar, barulah aku betul-betul bangun. Tak disangka, di tempat duduk yang saling berhadapan ini cuma tersisa aku seorang! Wah, ini dia, akhirnya aku bisa menikmati pemandangan di luar sambil selonjoran. 
Matahari mulai terbit. Dari jendela, aku lihat warga pedesaan yang mulai beraktivitas. Sawah dan ladang indah terbentang…. Sungguh indah dan damai suasananya.

Morning has broken, like the first morning
Black bird has spoken, like the first bird
Praise for the singing, praise for the morning
Praise for the springing, fresh from the world


Kereta sempat juga melewati Bendungan Sutami, yang disebut juga Bendungan Karangkates. Ada juga dua terowongan : Eka Bakti Karya dan Dwi Bakti Karya, yang letaknya saling berdekatan. Sementara itu di sebelah timur, gunung tertinggi di Jawa,  Mahameru, terlihat samar-samar.
Hingga akhirnya, kereta api memasuki kota Malang, tepatnya Stasiun Malang Kota Lama. Suasana perkotaan mulai terasa. Aku sempat takjub dengan rumah-rumah warga yang letaknya sangat dekat dengan rel kereta api. Malah ada yang menjemur pakaian di pinggir rel kereta. Apa nggak takut ya? Tapi yang jelas, di daerah seperti ini, kereta api harus memperlambat jalannya.
Di Malang memang ada 2 stasiun : Kota Lama dan Kota Baru, dua-duanya masih aktif, yang membedakan adalah waktu berdirinya. Stasiun Kota Lama berdiri tahun 1879, sedangkan Stasiun Kota Baru dibangun tahun 1941. Di Stasiun Kota Baru lah aku akan turun nanti.
Lagi-lagi, pemandangan luar biasa seakan menyambut kedatanganku. Apa lagi kalau bukan Kampung Warna Warni Jodipan! Yup, pemukiman di tepi Sungai Brantas  yang dicat warna warni itu kini menjadi salah satu daya tarik wisata di kota Malang.




The last! Stasiun Malang Kota Baru. Waktu tepat pukul 08.00 pagi, Aku pun melangkah keluar dari kereta dengan gembira. Selamat pagi kota Malang! 

Bersambung ke Part 2


Tidak ada komentar:

Posting Komentar