Selasa, 09 Juli 2019

My Third Backpacker (Part 3) : Tak Sengaja Ke Pantai Robyong


Alarm di HPku bunyi bikin aku mau tak mau harus membuka mata. Saatnya aku jalankan misi hari ini : lari pagi di pantai. Secepat kilat, aku segera gosok gigi, cuci muka, dan ganti pakaian. Tak lupa tas pinggang sebagai tempat HP melingkar di perut 

Suasana masih sepi. Langit masih hitam pekat. Susah payah kubuka gerbang penginapan, tak lupa kututup kembali (takut dikira maling). Begitulah, aku mulai berjalan cepat menyusuri jalur pantura yang masih gelap. Nyaris tidak ada yang lewat, cuma satu dua orang yang berangkat ke pasar atau sholat subuh. Selebihnya truk-truk proyek yang merajai jalanan.

Biarpun niatku lari pagi, aku nggak mungkin lari kencang kayak biasanya. Masalahnya, di sini kurang penerangan, nggak ada trotoar, pinggir jalan lumayan sempit dan banyak batu kerikil. Ditambah truk yang sering oleng kiri kanan. Kalau aku nekat lari-larian bisa-bisa mereka mengirimku keluar dari dunia ini. Ekstrim pokoknya!

Sudah hampir 2 km aku berjalan. Nafas mulai ngos-ngosan, kaki mulai pegal. Matahari sudah hampir terbit.  Lanjut terus. Medan jalan terasa makin sempit, jadi aku harus melipir. Orang yang lihat mungkin heran, siapa sih itu, pagi-pagi jalan sendirian kayak orang hilang. Aku nggak peduli, yang penting aku harus ke Pantai Jatisari lihat sunrise.

Tak lama kutemukan jalan kecil ke atas tebing. Merasa bahwa itu pantai, aku nekat naik. Wow… di bawahku pemandangan sunrise di pantai indah terbentang. Sekilas mirip Tanah Lot, Bali. Aku tengok kanan kiri, ternyata tebing ini curam. Ada sih jalan ke sebelah timur tapi terhalang batu dan rerumputan. Karena nggak pengin kayak host MTMA, aku turun dan jalan lagi ke sebelah timur.

Mentari segera muncul dari peraduannya

Pemandangan dari atas tebing


Tepi pantai belum juga kutemukan. Padahal menurut Google Maps tujuanku sudah terlewat. Malah Desa Jatisari sudah jauh di belakang. Sementara jalan berubah menanjak. Sampailah aku ke sebuah pangkalan truk yang dilengkapi rumah makan. Lho, ini gimana sih, pantainya mana?

Di antara truk yang sedang parkir, aku nekat berjalan masuk. Aku sudah sangat lelah, tapi aku kuat-kuatkan nafasku biar nggak dikira orang hilang. Menembus rumput-rumput di samping rumah makan. Tidak ada tepi pantai seperti di Pantai Sluke kemarin. Yang ada justru pantai dengan tebing yang curam.

Aku makin bingung tak karuan. Sepertinya rencana lihat sunrise sambil lari di tepi pantai bakal gagal kalau tempatnya macam begini. Biarpun gitu, aku tetap nggak boleh melewatkan matahari terbit pagi ini. Dari atas tebing, aku memotret pantai di bawahku.


Salam jumpa lagi matahari!

Dermaga di bawahku


Pantai ini lumayan bagus juga kok. Dari atas aku bisa melihat jelas pesisir timur laut Jawa Tengah dengan matahari yang mulai muncul. Jauh di bawah sana ada dermaga untuk perahu nelayan yang terbuat dari kayu. Aku cari-cari bagaimana caranya turun ke bawah, tapi pencarianku tanpa hasil.  Lompat? Sama aja bunuh diri. 

Akhirnya aku coba mengitari pangkalan truk, kalau-kalau menemukan sesuatu yang menarik. Mau pemandangan indah, makanan enak, cewek cantik juga boleh (apaan sih). Eh, tiba-tiba, plang rumah makan terbaca olehku “Robyong”. Olalala… salah alamat bro, ini bukan Pantai Jatisari tapi Pantai Robyong. Pantas aja beda sama yang kulihat di internet.

Terus, dimana dong Pantai Jatisari nya? Nah ini… aku lihat lagi Google Maps. Menurut peta sih di seberang SPBU, tapi yang kutemui tadi malah hutan laut. Apakah petanya salah? Ups, tapi di ujung Desa Jatisari ada Dermaga Jatisari, mungkin itu ya? Ya udah, aku jalan lagi ke sana. Aku udah jauh-jauh ke sini harus dimaksimalkan. Kalau misalkan Pantai Jatisari tetap nggak ketemu, nanti aku ke Pantai Sluke lagi aja.

 
Inilah Pantai Robyong

 
Ini di tepi jalan raya lho..

 Bersambung ke Part 4


Tidak ada komentar:

Posting Komentar