Senin, 14 Maret 2016

Fajar Bagaikan Senja, Tatkala Sang Gerhana Tiba

Beberapa hari lalu, pembicaraan orang-orang berpusat pada satu hal, gerhana. Atau lebih lengkapnya gerhana matahari. Menurut pelajaran IPA waktu SD, gerhana matahari adalah gejala alam dimana cahaya matahari yang masuk ke bumi terhalang oleh bulan. Bisa dibayangkan, matahari, bulan dan bumi berada dalam satu garis lurus. Karena bulan lebih kecil dari bumi, cuma daerah yang tertutup bulan yang mengalami gerhana. Dan kebetulan sekali, 9 Maret 2016, Indonesia dapat “giliran”.
Sebetulnya, gerhana matahari kali ini nggak akan melewati seluruh Indonesia, cuma daerah sekitar khatulistiwa, seperti Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Tapi bukan berarti daerah lain nggak “kebagian”. Pulau Jawa dan sekitarnya tetap mengalami gerhana matahari sebagian.
Hadirnya gerhana matahari ini bikin banyak orang, penasaran. Banyak yang berbondong-bondong ke daerah lain, seolah gerhana itu pembawa keberuntungan. Aku yakin seyakin-yakinnya, seandainya gerhana itu bisa dan boleh dilihat dengan mata telanjang, pasti orang pada ngantri selfie! Maklum lah peristiwa langka, belum tentu seumur hidup bisa lihat lebih dari sekali. Aku sendiri penginnya ke tempat adikku di Palembang. Tapi berapa biaya buat perjalanan dan makan? Kalau nekat, bisa jatuh miskin aku.
Pulau Jawa sendiri pernah mengalami gerhana matahari total tanggal 11 Juni 1983, waktu itu aku belum lahir. Kata orang tua, waktu itu sekitar jam 11 siang, tiba-tiba langit berubah gelap selama beberapa menit. Jalan langsung berubah sepi. Lampu juga dinyalakan. Bahkan, lucunya, kelelawar keluar dari sarang karena mengira sudah malam!
Ngomong-ngomong soal gerhana matahari 1983, aku punya pemikiran “gila”. 11 Juni 1983 itu kan tepat 6 tahun sebelum aku lahir. Dan umur ayahku saat itu 27 tahun, sama dengan umurku saat ini. Apakah ini berarti anak pertamaku akan lahir 9 Maret 2022? Just wait and see…. Hehehe…
Udah deh, sekarang pengalamanku. Sekitar jam 06.30 aku bangun. Hal yang pertama kucari adalah HPku. Nggak seperti biasanya, aku berdiri dulu di loteng rumah dan memandang ke langit. Aku nggak peduli soal melihat gerhana bisa bikin buta dan lain-lain, yang penting sekarang aku mau lihat!
Oh… perkiraanku salah, saat itu matahari tetap terbit seperti biasa. Mungkin orang bakal bilang, ya iyalah, siapa juga yang bilang gerhananya di Jawa? Tapi aku nggak patah semangat. Apalagi lama kelamaan cahaya matahari mulai redup.
Aku putuskan mandi dulu sebelum kembali lagi ke loteng. Kata mbah google, puncak gerhananya jam 07.23 WIB. Nah, sekarang kan jam 07.19. Ayo cepat! Aku arahkan kamera. Matahari tetap bercahaya walau redup. Ada lekukan yang mengelilinginya. Itu dia gerhananya! Langit yang redup bikin suasana mirip jam 4 sore, biarpun aslinya masih jam setengah 8 pagi.


Seakan belum puas, aku keluar rumah. Kebetulan juga aku disuruh papaku ke pasar. So, di jalan bisa lihat suasana gerhana. Hah? Seakan nggak percaya, jalanan kota Magelang betul-betul sepi! Kontras dengan suasana Makassar dan Palembang yang kulihat di TV. Pedagang di pasar banyak yang libur, kendaraan juga nggak sebanyak hari biasa. Kalau kamu pernah lihat sepinya jalan kota saat Lebaran, ya 11-12 lah. 



Rupanya kondisi sepi itu karena ada sebagian orang yang takut keluar rumah! Banyak yang takut jadi buta karena lihat gerhana! Ya, apalagi kalau ingat pengalaman GMT 1983, pemerintah menginstruksikan masyarakat agar hati-hati dalam melihat gerhana, jangan terlalu lama dan gunakan alat bantu. Tapi masyarakat yang saat itu masih tradisional salah paham, malah gerhana dianggap sesuatu yang menakutkan. Ampun deh… fenomena alam langka begini dinilai negatif. Yang bikin aku makin gemes, ada juga yang mengaitkan gerhana dengan kiamat! Hah? Apa-apaan?
Biarpun nggak lihat GMT , aku beruntung banget, adikku yang saat ini kerja di Palembang mengirimi foto gerhana. Di Palembang sendiri, masyarakatnya antusias banget. Ini dia:





Nah, kabarnya, GMT di Indonesia terjadi lagi tanggal 20 April 2023. Tapi cuma Maluku Utara dan sebagian Papua yang bakal menyaksikan saat itu. Jadi, buat kamu yang belum sempat lihat gerhana matahari total, menabunglah dari sekarang, and see you later in Papua! Wkwkwkwkwk. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar