Minggu, 27 Maret 2016

Lagu Masa Lalu (8) : Terang Bulan


Terang bulan, terang bulan di kali
Buaya timbul disangkalah mati
Jangan percaya mulutnya lelaki
Berani sumpah tapi takut mati
                        
Jujur aja, aku kurang setuju dengan dua baris terakhir lagu ini. Masalahnya, zaman sekarang bukan cuma lelaki, perempuan juga banyak yang nggak bisa dipegang ucapannya! Tapi udahlah, bukan saatnya ngomongin itu, lagian aku sendiri juga nggak selalu bisa dipercaya kok…. hehehe… tapi tulisanku di sini bukan asal-asalan lho ya….
Kalau kita perhatikan, lirik lagu di atas adalah sebuah syair. Dahulu kala, syair memang merupakan sebuah karya sastra pendek dengan makna tertentu dan bunyi yang hampir sama setiap baitnya (bersajak a-a-a-a).
Pada akhir decade 1930-an, lagu ciptaan Saiful Bahri  ini melejit seiring berkembangnya musik keroncong di Indonesia, yang waktu itu masih bernama Hindia Belanda. Banyak musisi dan penyanyi suka dengan lagu ini, sampai-sampai dibuat filmnya pada tahun 1937. Lagu ini juga terkenal sampai ke negeri Belanda. Beberapa penyanyi Belanda membawakannya, baik dengan bahasa Belanda, bahasa Indonesia atau bahasa campuran. Ada Rudy van Dalm, Wieteke van Dort hingga Zangeres Zonder Naam. Liriknya pun digubah dalam berbagai versi, tapi tetap dengan tema dan ritme yang sama. 


Zangeres Zonder Naam membawakan "Terang Bulan"  (Sumber : You Tube)
Tidak diketahui pasti bagaimana melodi lagu ini sama dengan lagu kebangsaan Malaysia, “Negaraku”. Beberapa sumber mengatakan, Presiden Soekarno pernah menghadiahkan piringan hitam lagu “Terang Bulan” kepada pemerintah Malaysia. Polemik “Terang Bulan” kembali mencuat di tahun 2009, ketika perusahaan rekaman Lokananta Records mengeluarkan anggapan bahwa irama “Negaraku” menjiplak “Terang Bulan”.
Tapi orang Malaysia sendiri malah membantah, dengan mengatakan bahwa “Negaraku” diadopsi dari lagu daerah Perak, Malaysia. Ada juga yang “menyerang” dengan mengingatkan bahwa “Terang Bulan” sendiri juga menjiplak “La Rosalie”, sebuah lagu berbahasa Prancis. ‘La Rosalie” sendiri diciptakan pada abad ke-19 oleh Pierre Jean de Beranger di Kepulauan Seychelles, yang kala itu menjadi koloni Prancis.
Ternyata beginilah sejarahnya, “La Rosalie” pada zamannya begitu populer sampai ke Asia. Dan pada tahun 1888, Kesultanan Perak, yang waktu itu masih di bawah jajahan Inggris, menggunakan lagu ini sebagai lagu kebangsaan Perak dengan judul “Allah Lanjutkan Usia Sultan”. Pada akhir tahun 1930-an, barulah  “La Rosalie” masuk ke Indonesia dan diadaptasi menjadi “Terang Bulan” oleh pencipta lagu Saiful Bahri. Jadi? Ya, kita tidak bisa menyalahkan siapa pun, karena semua bersumber dari  kepopuleran “La Rosalie”.

Link video
https://www.youtube.com/watch?v=z9-rHPlDEQk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar